Rizal + Kurniawan


Rizal

Dalam kelegangan malam, saya banyak menelisik rindu dengan tidak kecermatan saya sebagai seorang manusia yang kurang dewasa. Saya bukan orang yang paham tentang hidup dengan mudah. Saya bukan orang yang begitu tangkas menjalani rindu. Saya juga bukan orang yang begitu gigih memperjuangkan cinta. Lantas? Apa nyawa saya?


Kurniawan

Semua orang punya ruang dan kesempatan dengan lebar, sisi, gerak dan semua yang sama. Tak ada yang beda, karena Tuhan Maha Adil. Tapi bagaimana cara memaksimalkan nyawa untuk menumpang nyawa agar legowo adalah cara mahal bagi sebagian orang. Bernafas saja karena Tuhan memberikan oksigen yang begitu banyak untuk kita bernafas. Tuhan memberikan begitu luasnya ruang untuk kita bergerak. Maka, maksimalkanlah!!


Rizal

Kidung rindu dan nyawa adalah keselarasan dalam mencintai. Sama ketika kita berjelaga dalam dingin dan dibantu oleh mantel bulu buatan ibu. Semua membutuhkan cinta dengan ketidakberdayaan manusia dalam mencintai. Mencintai bukan berarti mengais sampah di pinggir jalan lantas membawanya pulang. Bukan. Tapi mencintai sama halnya seperti kita memetik bintang di kala siang. Bagaimanapun caranya, kita yang tahu bila kita mau berpikir. Tuhan Maha Kasih. Dan kita dituntut untuk mengasihi, bukan?


Kurniawan

Terkadang, untuk bisa bermimpi adalah hal mahal, saya harus membayarnya dengan membeli beberapa tablet obat di apotik terdekat. Saya mengagumi mimpi saya. Saya mencintai mimpi saya. Saya senang bila harus hidup tanpa nafas dengan mimpi saya. Karena sekipun saya akan terbangun, saya tidak akan menyesal. Karena bagi saya bermimpi adalah hadiah Tuhan ternikmat nomor dua setelah sehat. Bermimpi dan mewujudkannya memang tak begitu nyaman dan harus mempunya kapasitas nyawa dan tenaga yang lengkap, sekaligus beberapa bekal untuk kita makan diperjalanan bila kita lelah. Tapi, apa salahnya mencoba. Takut gagal? Jangan hidup. Hidup ini penuh dengan ketidakadilan, maka kita harus membiasakan diri dengan hal tersebut. Dan untuk mengimbanginya adalah kita memiliki mimpi. Sehingga kita mempunyai tujuan. Sekalipun itu terkadang sulit.


Rizal

Saya pernah mendengar filsafat begini: mencintai bukan berarti memiliki. Bagi saya hal itu filsafat bodoh. Cinta itu memiliki sekalipun bukan wujud. Wujud tidak penting dalam cinta. Karena cinta ada bukan karena wujud. Coba tanyakan pada orang yang begitu lama menikah dan saling mencintai. Apa alasan mereka saling mencintai pasangannya? Tak akan ada penyebutan wujud. Paling menthok mereka akan menjawab: kurang tahu. Intinya saya cinta dia. Benar, bukan? Begitulah cinta. Cinta menemukan rasa. Bukan wujud. Cinta ada karena kita memang mencintai. Bukan karena wujud.


Kurniawan

Meraih mimpi bukan semudah mengedipkan mata. Butuh perjuangan, do’a, proses, penantian, asa, ragu, ketidakberhasilan, dan masih banyak lagi. Itu adalah resiko. Bila kita ingin menjadi luar biasa, kita harus menanggung resiko apapun itu sekalipun resiko itu memang luar biasa sulitnya. Tuhan menguji kita dengan bidang yang kita mau. Bila kita ingin menjadi penyanyi, kita pasti akan merasakan suara serak. Di tolat oleh produser rekaman. Dan masih banyak lagi. Tapi, percayalah. Tuhan Maha Tahu dan Maha Melihat apapun yang kita lakukan. Lengkaplah. Karena Tuhan memang ada.


Nb. Rizal + Kurniawan : pengopsian diri

0 komentar:

Posting Komentar