Mengejar Malaikat


Peradaban yang terus menerus menggimpit, menjadikan semua kelu. Tak berujung pada suatu keputusan yang membuat nyawa tercancang dalam tali kuat bernama rindu. Ketika semua manusia harus lalu lalang menjalani hidup dengan semua aktivitas yang ada dan terkadang melupakan cinta, semua akan menuai akibat yang nyata. Tidak salah jika Tuhan menciptakan pasir untuk dibawa angin dan masuk ke mata. Itu suatu ajaran agar kita mau buka mata dan tidak selalu menutup diri dengan kesibukan.


Aku masih menulis dengan filsafah-filsafah yang aku ciptakan sendiri. Aku masih menciptakan berjuta ambigu dan ketidakselarasan. Mengapa? Karena itu alasanku menulis. Aku bukan orang yang suka menulis sesuai realita. Tapi aku juga tak suka berimajinasi tinggi. Aku menulis karena aku ingin menulis. Sudah. Tidak ada yang lain. Jika implikasinya orang mencintai tulisanku, aku hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Jika sebaliknya, mereka malah mencemooh karena tulisanku tidak mempunyai poros atau arus kendali yang manfaat, itu urusan mereka. Siapa suruh mereka membaca tulisanku. Aku juga tidak akan mereka memaksa membeli buku-buku yang aku ciptakan. Membaca tulisan-tulisan yang aku tulis. Dan mendengarkan cerita-cerita yang sebenarnya aku ingin mendengarkannya sendiri.


Tahukan kamu apa tujuanku menulis? Aku hanya ingin mengejar malaikat. Kalian pasti menanyakan, apa aku tahu dimana malaikat. Aku akan menjawab, malaikat itu dan selalu tak sadar kamu sentuh setiap kali memasukkan uang di kantong baju. Nah, benar! Malaikat itu ada di hatimu. Dan tujuanku mengejar malaikat adalah aku hanya ingin membisikkan dua kalimat saja kepadanya: jaga selalu orang yang yang kau tempati hatinya saat ini. Dan jangan biarkan setan dan sejenisnya memasuki hatinya.


Menulis bukan hanya bisa menulis dan menganalisa lantas meninggalkan tanpa ada bekas. Justru dengan menulis, aku bisa membekas. Membekas di hatimu, di hati kalian, dan terutama di hatiku sendiri. Menulis adalah aspekku, rasa cintaku, dan imbuan untuk tetap menjadi diriku sendiri.


Terkadang, orang menghina, mencaci, mengutuk, bahkan merobek tulisanku. Mereka bilang aku gila. Mereka bilang aku sedang masa pancaroba. Pancaroba yang tidak menentu sehingga otakku sedang depresi dan tidak bisa berpikir sehat. Satu lagi aku tekankan, aku sehat. Bahkan sangat sehat. Menulis, merokok, minum sedikit wine tak ada salahnya bukan. Intinya aku mau menulis dan bebas untuk menulis.


Sudah. Sudah. Penjelasanku terlalu melebar tentang masalah menulis. Satu yang tak akan pernah menjadi sebuah pengertian bagimu dan jawaban. Kamu tak akan pernah mengerti alasanku menulis. Titik! Kembali dengan topik mengejar malaikat. Bagaimana? Sudah paham penjelasanku? Belum? Sudah? Lantas mana yang betul? Belum apa sudah?. Ah… persetan dengan kalian.


Terima kasih. Aku mau melanjut untuk menulis.


nb. maaf, saya sedang mabuk. malam tahun baru, dengan sistem kelabu, membuat saya ingin membunuh. Tulisanku.

0 komentar:

Posting Komentar