Do What You Want To Do


Do what you want to do

Kalimat itu sebenarnya sudah menjadi buah manis dalam setiap pembicaraan untuk semua cerita. Seperti arti yang sebenarnya: lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Itu menerangkan bahwa sebenarnya dunia kita itu luas. Dunia itu tidak terikat. Memang, semua mempunyai hukum, tapi tidak ada batasan untuk tetap berekspresi dan bercerita. Seperti menulis dan fotografi [dua hal yang saya suka].

Menulis:

Menulis. Sudah sejak TK saya mengenal kata-kata itu. Menulis berarti harus mengetahui huruf alfabet. Menulis haru mengetahui konsep. Dan yang pasti, menulis harus mempunyai konsep. Memang, semua hal membutuhkan konsep meskipun konsep itu terkadang cederung berubah dalam reinkarnasi waktu. Tapi apa salahnya untuk menemukan konsep terlebih dulu. Menulis bagi saya adalah sebuah pembebasan diri. Menulis seperti menerangkan kepada dunia bahwa saya bisa menoreh sejarah dan melukis peradaban. Suatu kebanggan bila semua bisa menulis. Sebentar, bukan bisa menulis. Tapi mau menulis. Sebagian orang menganggap menulis itu mudah, dan sebagian lain menerangkan bahwa menulis itu sulit. Tapi bagi saya menulis sama seperti menghitung ikan di aquarium ketika ikan itu sedang gelisah. Terkadang sulit jika kita tidak konsentrasi. Tapi, tak khayal mudah jika kita mau konsentrasi dengan apa yang kita tulis. Ada pendapat lain, menulis seperti mengukir imajinasi dalam selembar kertas. Benar, bagi saya. Tapi bila digambarkan dengan kalimat itu, berarti menulis adalah rumit. Imajinasi setiap orang berubah setiap menitnya. Bahkan tak jarang ditemukan orang bisa berubah imajinasi setiap detik. Bila seperti itu, mana ada sebuah konsep yang bisa tercipta. Konsep [menurut saya] adalah pandangan lurus dan tetap. Dipatenkan dalam waktu yang relatif lama sehingga hasil yang dihasilkan baik. Lantas, bila menulis sama seperti menumpahkan imajinasi di atas lembaran kertas? Hm…

Fotografi:

Sebenarnya, saya suka memotret. Tapi saya juga di potret. Bolehlah jika anda menyebut saya banci kamera, karena memang saya suka bergaya di depan kotak kecil bernama kamera. Apapun hasil yang akan saya peroleh nanti, akan saya edit sedemikian rupa sehingga menurut saya pantas untuk dipublikasikan. Disini, saya menitikberatka pada seni memotretnya. Memotret menurut saya adalah mengabadikan sebuah momen atau kejadian yang tidak akan terulang kembali. Saya tidak percaya dengan adanya kejadian yang akan terulang ke dua kali. Kejadian hanya sekali dan kita harus jeli. Hanya sebuah potret yang saya punya untuk membuat momen [yang hanya sekali, dan menarik tentu saja] itu akan terlalu saya kenang. Saya suka memotret apapun itu. Saya juga suka di potret, apapun gayanya. Haha.. :D Sama seperti sebuah kesempatan. Tak ada kesempatan dua kali [terulang]. Kesempatan hanya sekali. Bila orang-orang menganggap kesempatan bisa dating dua kali, itu bukan kesempatan. Melainkan hanya sebuah kejadian yang mempunyai kesamaan tapi kualitas yang berbeda. Kesempatan tetap dating sekali dan itu sudah pasti. Tuhan menciptakan kesempatan sekali karena Tuhan ingin kita jeli dalam hidup. Tidak sembrono. Itu yang saya ketahui. Bila hidup mempunyai kesempatan dua kali, tidak mungkin Tuhan mengajarkan kita untuk memilih. Kesempatan selalu diiringi dengan pilihan. Maka disitu adalah titik berat kita untuk cerdas dalam memilih. Sama seperti hidup, hanya sekali dan harus bijak. Kembali menuju fotografi, hubungannya adalah bagaimana kita bisa tepat dan konsisten dalam memilih sebuah momen yang pas. Tak kurang dan tak lebih. Fotografi mengajarkan kita untuk jeli. Untuk konsentrasi. Untuk memilih dengan tepat. Sama seperti hidup, kita di tuntut untuk jeli, konsentrasi, dan tepat dalam memilih.

Do what you want to do. Hidup ini luas dan butuh dinikmati dengan konteks yang baik. Jadi tetaplah menjadi diri anda sendiri ketika anda menggunakan kalimat di atas. :)

0 komentar:

Posting Komentar