Pijaran Lilin dan Lima Batang Hio Merah


Pijaran lilin di malam itu suguhkan duka yang mendalam
Menyayat hati lelaki itu
Menduka hati saya
Dalam dingn lan sunyi malam pernah ia katakana tentang cinta dan suka cita
Kala jiwa ini hampir lengah oleh gampita
Kala gundah meraja dan membaur dalam nyawa

Ada delman yang berjalan pelan dengan suara menyayat
Seakan ada bisikan luka yang terbesit
Luka yang sangat dalam
Luka yang begitu mendalam

Tapak-tapak kaki kuda memecah kesunyian malam
Dan tetap hujan turun seakan-akan ikut berduka
Lelaki itu tetap aku dekap
Sangat erat berharap takkan lepas

Lelaki itu bisikan hariring kecil dalam telingaku
“ada banyak cara (ternyata) untuk bersyukur dan berterima kasih.”
Dan lelah yang teramat ia terkantuk dan tidur pulas
Tetap diatas delman dan guntur yang menggelegar, aku paham arti kehidupan

Ada kisah yang terurai jelas
Tentang saya dan lelaki itu
Lelaki tangguh yang begitu gampang menjalani hidup
Begitu sederhana dalam kesederhanaan

Pijaran lilin itu masih menyala dan meneteskan lelehnya
Ada lima batang hio merah disana
Dan aku bisikkan hariring kecil untuknya
Sebagai pengantar tidurnya,

“Terima kasih, Pak! Tidurlah dalam kehangatan…..”

Sidoarjo, dengan air mata, akhir tahun 2009

: untuk Guru Besar Saya, Gus Dur

0 komentar:

Posting Komentar