Mereka bilang saya adalah orang gila. Saya adalah bagian terburuk dari mereka yang setelah saya piker-pikir, merekalah yang lebih buruk dari saya. Saya mempunyai pemikiran yang berbeda dengan mereka katanya. Entah pemikiran yang bagaimana, tapi yang jelas inilah saya dan saya ingin menunjukkan pada mereka bahwa inilah saya. Dengan kekurangan dan kelebihan yang saya punya dalam diri saya. Saya pun tidak pernah membuka lembaran mereka. Mereka yang ternyata seorang lintah darat. Mereka yang ternyata seorang pemerkosa. Mereka yang ternyata adalah seorang penjilat kelamin sahabat mereka. Atau bahkan mereka yang ternyata adalah seseorang yang telah menyodomi saya. Membuat saya orgasme dan membunuh saya dengan pelan-pelan.
Mereka bilang saya adalah orang gila. Saya berumur 17 tahun dengan segala pemikiran nakal saya. Pemikiran yang mencoba untuk membunuh kuman-kuman penyakit yang mereka sebut batas-batas labirin berpikir. Saya tidak mau bersikutut pada umur bila umur harus memenjarakan saya dalam norma-norma kehidupan. Saya tidak mau erperangkap pada umur bila umur ternyata membuat pemikiran saya terperosok jauh ke bawah tanpa ada penerang di dalam sana. Saya tidak mau terkekang pada umur bila pada kenyataannya umur adalah pembatas saya dalam bersuara dan melangkah. Dan saya adalah kebebasan. Tuhan saya adalah kebebasan. Karena saya yakin pada Tuhan saya. Kebebasan.
Mereka bilang saya adalah orang gila. Orang gila yang selalu mengganggu mereka yang selalu meenriakkan kata merdeka di pinggir-pinggir jalan, di tengah-tengah alun-alun, di dalam sebuah gedung, dan di semak belukar ketika mereka tertangkap basah sedang bercinta dengan kekasih mereka. Orang gila yang selalu mau dan harus tahu apa-apa yang mereka lakukan di atas sana dengan dalil yang tak jelas adanya. Kemakmuran kata mereka. Kemakmuran bagi saku mereka. Kemakmuran bagi anjingl dan kucing mereka yang mereka pelihara di rumah. Kemakmuran bagi dua belas simpanan mereka yang pernah mereka cumbu di losmen-losmen dengan modal dua botol bir cap topi miring. Kemakmuran bagi mereka yang pernah menengadah dengan bangga bahwa mereka adalah pemerkosa saya. Pemerkosa otak saya. Sehingga saya harus orgasme dengan cara ini. Saat ini.
Mereka bilang saya adalah orang gila. Orang gila yang marah-marah tak jelas bila melihat mereka sedang kekasih mereka di dalam sebuah bar yang hangar bingar lampu diskotik yang menyala bergantian. Mereka risih. Mereka jijik. Mereka benci. Tapi inilah saya. Kegilaan saya karena mereka. Karena mereka telah memperkosa otak saya secara bergiliran. Sehingga saya harus orgasme dengan cara seperti ini.
Panggil saya orang gila. Silakan! Asalkan anda senang, silakan! Panggil saya orang gila saja…
Mereka bilang saya adalah orang gila. Saya berumur 17 tahun dengan segala pemikiran nakal saya. Pemikiran yang mencoba untuk membunuh kuman-kuman penyakit yang mereka sebut batas-batas labirin berpikir. Saya tidak mau bersikutut pada umur bila umur harus memenjarakan saya dalam norma-norma kehidupan. Saya tidak mau erperangkap pada umur bila umur ternyata membuat pemikiran saya terperosok jauh ke bawah tanpa ada penerang di dalam sana. Saya tidak mau terkekang pada umur bila pada kenyataannya umur adalah pembatas saya dalam bersuara dan melangkah. Dan saya adalah kebebasan. Tuhan saya adalah kebebasan. Karena saya yakin pada Tuhan saya. Kebebasan.
Mereka bilang saya adalah orang gila. Orang gila yang selalu mengganggu mereka yang selalu meenriakkan kata merdeka di pinggir-pinggir jalan, di tengah-tengah alun-alun, di dalam sebuah gedung, dan di semak belukar ketika mereka tertangkap basah sedang bercinta dengan kekasih mereka. Orang gila yang selalu mau dan harus tahu apa-apa yang mereka lakukan di atas sana dengan dalil yang tak jelas adanya. Kemakmuran kata mereka. Kemakmuran bagi saku mereka. Kemakmuran bagi anjingl dan kucing mereka yang mereka pelihara di rumah. Kemakmuran bagi dua belas simpanan mereka yang pernah mereka cumbu di losmen-losmen dengan modal dua botol bir cap topi miring. Kemakmuran bagi mereka yang pernah menengadah dengan bangga bahwa mereka adalah pemerkosa saya. Pemerkosa otak saya. Sehingga saya harus orgasme dengan cara ini. Saat ini.
Mereka bilang saya adalah orang gila. Orang gila yang marah-marah tak jelas bila melihat mereka sedang kekasih mereka di dalam sebuah bar yang hangar bingar lampu diskotik yang menyala bergantian. Mereka risih. Mereka jijik. Mereka benci. Tapi inilah saya. Kegilaan saya karena mereka. Karena mereka telah memperkosa otak saya secara bergiliran. Sehingga saya harus orgasme dengan cara seperti ini.
Panggil saya orang gila. Silakan! Asalkan anda senang, silakan! Panggil saya orang gila saja…
0 komentar:
Posting Komentar